WEJANGAN PAKDHE

Well. Untuk perhatian aja nih sebelumnya, tulisan hari ini bakalan panjang bin luuueebarrrr… pake bangetttt… dan kayanya ga bakalan ada basa basi kali ini.

Baik. Selamat membaca.

DI  SELA  KISAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari Muslim).

Ghibthoh secara hakikat itu dilarang dalam Islam. Namun nabi, mengecualikan 2 ghibthoh seperti hadits diatas:

  1. Kepada yang memiliki harta kemudian berinfaq dengannya
  2. Kepada yang berilmu kemudian mengamalkan dan mengajarkan

Beberapa waktu lalu, pengurus mengupdate hasil pengumpulan donasi Yayasan Karya Adi —yayasan sosial pendidikan yang penulis ikuti. Ya ceritanya penulisnya coba-coba jadi relawan gituuu hihi. Nah ianya didirikan sejak awal tahun 2015 di Wonogiri.

Pengen tau hasilnya ngga..? Masyaa Allah… Ada yang masih 0 (belum ada yang donasi melalui salah 1 relawan tersebut). Ada yang ratusan ribu, ada yang sejuta dua juta, tapi ada juga yang mampu mengumpulkan hingga total 19 juta….sendirian…masyaa allah…tabarahullah…

Ketika saya membaca update itu, jujur, iri dengan saudara kita (relawan tersebut) yang mampu mengumpulkan donasi sebesar itu… 😔.. Sedangkan saya masih jauh dr itu….

Bukan apa apa…. Saya hanya ingat ini Ramadhan… Bahkan ia sudah terlihat berkemas meninggalkan kita….

Allah menyebut Ramadhan, di dalam Al Quran hanya dengan:

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍۚ

… beberapa hari tertentu….

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍۚ

Kata para ulama, itu merujuk pada waktu yang sangat singkat, tidak panjang, dan akan mudah terlenakan…

Dengan pengingat itu seakan Allah ingin menasehati kita, bahwa “Bersungguh sungguhlah beramal, karena Ramadhan itu sangat singkat dan AKAN SANGAT MUDAH BERLALU, bahkan kau tak akan sadar“..

😢

Saya ingat ayat ini, kemudian ingat….Apa amal yang sudah saya maksimalkan di Ramadhan ini?? Sudahkah amal saya ada yang maksimal..?

Mana ada? Tilawah biasa saja, Qiyamul lail juga tak ada yang lebih. Sedekah??? Halah. Apalagi itu….

Ketika saya membaca nominal 19juta itu….pikiran saya hanyut, kemudian berfikir….. Masyaa allah sedulur ini, mendapat kemuliaan sedekah sebesar 19 juta….

Kenapa begitu?? Kok bisa dikatakan dia mendapat pahala sedekah padahal dia hanya mengumpulkan donasi? Ya… karena Rosulullah bersabda dalam salah satu haditsnya…

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Bukankah saudara kita ini menunjuki manusia jalan untuk bersedekah, mengajak mereka menginfakkan hartanya di dalam setiap program santunan yatim…? Bukankah akhirnya mereka bersedekah untuk buka puasa dhuafa? Bukankah akhirnya mereka bersedekah untuk anak yatim?? Bukankah mereka sedekah untuk meringankan kesusahan saudaranya?? Masyaa Allah…

Maka, saudara kita ini, 19 juta..

Berapa banyak buka puasa yang bisa di tanggungnya, berapa saja anak yatim yang akan tersantuni, berapa keluarga yang akan mampu makan dengan donasi itu?? Dan semuanya…semua keutamaan itu dia mendapatkan, tanpa mengurangi pahala orang yg dia ajak berdonasi…. Bukankah kita seharusnya iri?? Ketika ada saudara kita begitu bersemangat mengumpulkan pundi-pundi amal…

Sedangkan kita hari ini??

waktu-kehidupan jam

Taken from: minanews.net

Beramal  Cerdas

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun : 10)

Mengapa dia tidak berkata, “supaya aku dapat mengerjakan umrah” atau “supaya aku dapat shalat ” atau “supaya aku dapat berpuasa”? Seorang ulama berkata, “Tidaklah seseorang yang telah mati itu menyebut untuk bersedekah melainkan karena kehebatan pahala yang telah dilihatnya selepas kematiannya.”

Beberapa waktu belakangan, sebagian masyarakat Indonesia dikejutkan dengan meninggalnya salah satu seniman Indonesia, yang di elu-elukan hampir sebagian besar bangsa ini. Kata keluarga dia meninggal tanpa penyakit, tak ada riwayat sakit sebelumnya. Apapun itu,  dia dirawat, pagi itu…dan meninggal pagi itu juga. Dia meninggal dalam keadaan diujung ketenarannya. Hartanya banyak. Sekali manggung ratusan juta dia dapat. Tapi akhirnya..?? Bukankah semua ditinggalkan?? Bahkan mungkin dia pun tak sadar bahwa pagi itu adalah pagi terakhirnya di bumi. Andai tahu, pasti dia akan mensedekahkan semua hartanya… SEMUANYA. Untuk bekalnya menghadap Allah pagi itu.

Tapi… Itu adalah bagi dia, atau siapapun yang punya harta banyak untuk sedekah….

Maka…kalau kita mengandai…

Kalau pagi ini kita dipanggil Allah, dan kita tahu itu…

Maka apa yg akan kita lakukan untuk bekal menghadap Allah pagi ini??

Kita sadar harta kita terbatas. Waktu kita pun terbatas. Umur kita juga terbatas. Maka beramalah dengan cerdas. Agar setiap keterbatasan itu tetap kita mampu melewati dan menebusnya… Tak membuat kita juga terbatas amal.

Kita tahu amal terbaik di malam hari di Ramadhan itu QIYAMUL LAIL. Kita tahu ulama bersungguh sungguh tilawah dan meninggalkan banyak hal demi BERTILAWAH. Kita tahu ramadhan adalah bulan SEDEKAH, dan sedekah terbaik itu diramadhan… Tapi bahkan di 3 hal itu kita terikat dengan keterbatasan diatas tadi (terbatas harta, waktu juga umur).

Maka BERAMAL CERDASLAH. Amalkan, amal-amal yang mulia itu  semaksimal kemampuan kita. Kemudian ajak orang lain mengamalkannya. Ajak orang lain memperpanjang qiyamul lail, semangati orang lain bertilawah, dan ajak orang lain bersedekah. Dengannya kita akan melipat gandakan pahala kita. Memanjangkan amal kita melebihi umur kita.

Kita 1 orang, kita qiyamul lail sendirian, maka hanya akan mendapat pahala 1 orang Qiyamul Lail. Tapi dengan mengajak yang lain, 1 malam kita akan mampu memiliki SEPULUH, SERATUS, hingga SERIBU PAHALA qiyamul lail…

Kita bertilawah semalam mungkin hnya mampu 1 juz, dan kita dicatat dan dimuliakan dengan 1 juz itu, tapi dengan menyemangati yang lain untuk ikut bertilawah di malam itu, maka kita akan dicatat pahala tilawah dengan 2 juz, 3 juz, bahkan mungkin 100 juz dalam semalam…

Kita sebulan ini hanya mampu bersedekah segenggam kurma, kita hanya mampu mengajak satu dua orang berbuka… Tapi dengan mengajak banyak orang untuk bersedekah, kita bisa saja mendapat pahala sedekah, yang bahka bila kita mengumpulkan uang kita di saku, dompet bahkan tabungan masih tak senilai dengan jumlah sedekah mereka…dan kitapun mendapat pahalanya dari sana… TANPA SEDIKITPUN MENGURANGI PAHALA ORANG YANG MELALUKAN KEBAIKAN TERSEBUT.

Bukankah ramadan ini hanya singkat?? Bukankah yang singkat itu kita harus cerdas mengisinya?

Maka… Masih ada waktu… Tidak sampai sisa separuh bulan. Tebarlah kebaikan, ajak sebanyak banyaknya orang untuk menghidupkan malam, untuk bertilawah, untuk bersedekah… Dan…. Berkobarlah untuk setiap amal itu.

Membenah

Kala itu 15 Ramadhan..

Cahaya purnama menyibak awan, menunjukkan kehangatan. Menyinari dedaunan, menampakkan sendi sendi kebahagiaan. Menemani perjalanan malam, mengantarkan rasa sedih… bahwa separuh bulan telah berlalu….

purnama

purnama Ramadhan 1441 H di kontrakan Pacitan

Ramadhan… Datangnya tiap hati menyambut. Hadirnya semua menyaut. Tibanya semua hati terhanyut. Kini separuhnya telah berjalan, dan sebagiannya telah pergi… Tak akan terulang, tak akan kembali….

Bila hari-hari yang berlalu itu penuh dengan taubat dan amal-amal dalam taat…. maka berbahagialah…

Sebaliknya… Bila yang berlalu itu hanya sebatas lapar dan dahaga… maka bersedihlah….

Lembaran telah terlipat, pena telah mengering….

Lalu bagaimana bila semua berjalan, terlewati, dan ditinggalkan, dengan kegagalan, dengan amal yang tak maksimal, namun hati seakan tak merasa kehilangan, hati datar tak ada sedikitpun rasa kecewa??

Maka…. Ketahuilah…

Musibah terbesar umat ini, sudah diturunkan pada hatimu….wal iyyana’udzubillah..

Dari beberapa tulisan ulama pakar hati, dalam kumpulan tulisan mereka, mereka menunjukkan pada kita, bahwa seakan mereka mengatakan: Akan senantiasa masih dalam kebaikan umat islam ini, selama mereka memiliki 2 hal

  1. SIFAT TAK MAU DIKALAHKAN DALAM KEBAIKAN
  2. SIFAT PENYESALAN

Sifat yang pertama akan membuat mukmin senantiasa mengejar sahabatnya, temannya, saudara dalam kebaikan-kebaikannya. Dia akan merasa terus dahaga akan amal, haus akan kebaikan, dan lapar akan ridho Rabbnya. Dia tidak rela, ada orang lain yang lebih dicintai Rabbnya dibandingkan dengan dirinya.. Dia tidak terima bila ada manusia yang lain, yang mampu duduk lebih baik disisi Rabbnya…

Rasa ini…. Menjadikan dia terjaga dalam semangat, menjadikan dia tak pernah merasa tinggi diri dalam amal..

Sifat yang kedua, akan menjadikan dia orang yang senantiasa mampu memuhasabahi diri… Kalaupun dia orang yang tak memeiliki sifat yang pertama, maka sifat kedua ini akan menjadikannya hamba yang senantiasa mampu memenuhi kendi-kendi amalnya dengan istighfar….

Dia tahu dia lemah dalam ibadah. Dia tahu dia tak sekuat saudaranya dalam amal. Dia tahu dia tak semampu sahabatnya dalam sedekah.

Mungkin dia orang yang sedikit berdiri, singkat ruku’, dan sebentar dalam sujud….

Mungkin dia orang yang hampir tak pnya waktu untuk banyak bertilawah. Lisannya belum mampu berujar cepat melantunkan kalimatNya, matanya belum bisa menahan untuk tidak memejam, karena kantuknya….

Mungkin dia orang yang sedikit harta, hingga sedikit sedekahnya, atau terbatas simpanannya, sedangkan besar kebutuhannya…

Namun,…dia selalu menyesal karena tak mampu melakukannya…

Dia selalu bersedih atas lemahnya diri…

Dia selalu kecewa atas sedikitnya amal….

Setiap hari dia bersimpuh, dia menangis, dia mengaduh, memohon ampun pada setiap kelalaiannya itu, di hadapan RabbNya… dihadapan kekasihnya…

Maka demi Allah..

Dia tetap mulia…

Dia tetap menjadi yang terbaik memperlakukan ramadhan. Dan Insyaa allah dia termasuk hamba yang terampuni….

Ada satu doa dari nabi, yang diikuti matan panjang dalam haditsnya. Kurang lebih kisahnya:

Pada satu waktu Rosulullah berada di giliran rumah ibunda Aisyah. Ditengah malam yang sunyi, nabi terbangun, beliau berwudhu, kemudian beliau berdiri solat. Ibunda Aisyah, memandangi beliau dengan khusyuknya solat nabi ini. Dan itu kebiasaan ibunda tercinta kita ini. Beliau wanita yang mampu menjadikan setiap yang dilihatnya dari nabi menjadi riwayat, dan menjadi amal solihnya ketika umat Islam mengikuti riwayatnya….

Seperti kebiasaan nabi ketika bertemu dengan Khalil nya…kekasihnya… Beliau selalu menangis terisak… Sesenggukan hingga jenggot, bahkan tanah dibawahnya basah oleh air matanya. Beliau berdiri dengan terisak, ruku dengan terisak, hingga duduk tahiyat pun beliau masih terisak…😭

Namun ada yang berbeda dibanding doa-doa yang dilantunkan nabi dalam solat ini. Ibunda Aisyah mendengarkan kalimat demi kalimat nabi, yang membuat ibunda Aisyah bertanya-tanya dalam hati… Dan nabi semakin terisak dengan bacaan ini, nabi semakin sesenggukan dengan doa ini…

Apa yang beliau baca itu hingga mampu membuat beliau begitu semakin khusyuknya, sedangkan beliau sudah khusuk sebelumnya??

Maka mari kita dengarkan tuturan ibunda Aisyah sendiri tentang apa yang beliau lihat dan dengar ketika itu…

“Satu waktu aku mendengar nabi berdoa :

اللهمّ حاَسِبْنِي حِسَابًايَسِيرًا

Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah…

Kemudian aku bertanya kepada nabi : “Wahai Nabi Allah, apakah maksud dengan hisab yang mudah (ringan) itu?” Beliau menjawab: “Yaitu Allah melihat ke dalam kitabnya dan Dia memaafkannya begitu saja. Sungguh orang yang diminta pertanggungjawaban hisab, hai Aisyah, maka dia akan binasa.”

Saudariku apakah kalian mampu menangkap percakapan ini??

😢

Ibunda Aisyah bingung, kenapa nabi harus meminta hisab yang ringan, hisab yang mudah…? Bukankah semua akan dihisab, semua akan dihitung, kenapa harus meminta agar diperingankan?? Maka kemudian Aisyah tahu jawabannya dari percakapan nabi, bahwa setiap mukmin yang dipermudah hisabnya…. Allah akan melihat catatan amal kita, dan Allah memaafkannya begitu saja… Allah tak mempermasalahkan, Allah ringan memaafkan dosa kita, Allah ringan menerima setiap amal kita… MasyaaAllah… Begitu banyaknya dosa, tapi Allah membiarkannya begitu saja.

Dan di kalimat lain, siapapun yang dibuka kitab amalnya, kemudian Allah melihatnya, Allah menghitungnya, Allah menelitinya, maka demi Allah…. DIA AKAN BINASA…

Dia akan dipersulit, dia akan diperiksa, dan semua nya tentu jauh dari pemaafan Allah dan dekat dengan kemurkaan dan azabNya…Wal iyya na’udzubillah…

Maka para pembaca, bersama tenggelamnya mentari sore ini, bersama kita akan mengakhiri hari ke-17 Ramadhan kita tahun ini… (btw apa kabar tilawah? Sampe juz berapa? Hiks.)

Semoga kita tak di beratkan hisab kita atas perlakuan kita pada ramadhan tahun ini… Semoga kita termasuk hamba yang dimudahkan hisabnya karena kita telah memuliakan ramadhan tahun ini…

Dan.. Semoga menjelang berlalunya 10 hari kedua Ramadhan ini, mampu menjadikan amal kita lebih baik, hati tersulut, jiwa membara, semangat terkobarkan… Amiiin….

Saatnya membenah. Segeralah berbenah.

lesson pict

Taken from: insidermonkey.com —–finally, wejangan Pakdhe diakhiri dengan isak. Alhamdulillaah.. terimakasih, Pakdhe…

S.N.H

 

Untukmu, Ibu dari Pria yang Kucintai

🎧🎶
Cinta~ hadirmu rasuki celah kosong ini
Takkan mampu aku hilangkan rasaku untuk dirimu 🎶🎶🎶
Cinta~
Setia kuberikan putih rasa ini
Takkan mampu aku rapuhkan rasamu
Selamanya~ 🎵🎶🎶

Udah sebulan engga nulis. Hmm.. sepertinya dia baik-baik saja. Semoga demikian.

il_fullxfull.1602055084_30jk

Intermezzo

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu…
Ibu…Aku sayang padamu…
Tuhanku….Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya…

Teruntukmu, ibu dari salah satu ciptaan indahNya yang begitu kucintai. Itu tadi cuplikan puisi karya Chairil Anwar, Bu.. entah ibu pernah mendengar puisi itu atau sekedar mendengar nama itu atau belum.. yang pasti, cuplikan diatas tadi untukmu

Panggilan Spesial

Bu..
Kali ini tulisanku ingin kutujukan pada Njenengan saja.
“Tumben?” sahut netizens.

Iya Bu.. entahlah apa yang membuat hati ini tergerak demikian. Sekedar ingin. Sungguh kali ini ingin kutulis spesial untukmu.

.

.

Bu.. Mohon izin. Bolehkah kali ini aku memanggilmu “ibu”..? Jikapun tidak boleh untuk selamanya, aku ingin memanggilmu “ibu” kali ini saja.

Perkenalkan Ibu, aku adalah seseorang yang hidupnya pernah terwarnai dengan indah oleh untaian nada dan puisi rindu dari salah satu orang yang begitu berharga bagimu.
Aku bukanlah seorang putri yang hidupnya dipenuhi gelimang harta ataupun status sosial yang tinggi. Bukan juga seorang permaisuri yang parasnya juga kesehariannya dipenuhi  oleh jor-joran keindahan-keindahan dunia yang membelalakkan mata siapapun yang memandangnya. Bahkan bukan juga perempuan yang ibadahnya bisa dibanggakan oleh orang-orang yang mengaku bangga padaku..

Aku hanyalah sesosok manusia penuh kurang dan dosa, yang berharap menjadi shalihah sampai ending perjalanannya, juga memiliki harapan akhir hidup penuh kebaikan dan kebermanfaatan bagi sekitarnya.
Pun aku Bu, sekedar perempuan lemah yang sampai saat ini masih membutuhkan sosok bersebut ibu. Entah ibu yang bergaya lembut atau ibu bak heroin ia berpatut. Keduanya lengkap kuharapkan bisa mengisi lembaran kisahku.

Bu.. maafkan hati ini, tidak tau diri memperkenalkan pribadi yang bahkan sepertinya tidak pantas untuk sekedar menyebut namaku sendiri bersebab banyaknya titik hitam di dalam catatan lembar kisah hidup yang belum begitu berarti ini. Harapan kecilku, engkau bisa merasakan inginku yang begitu besar untuk setidaknya kali ini saja dekat denganmu, Bu. Walau kali ini saja…

Bu..
Seorang ibu itu katanya sangat luar biasa ya? Ah, tanpa bertanya pun aku bisa merasakan betapa hebatnya kiprah seorang ibu, Bu..

.

.

Ibuku kebetulan adalah perempuan hebat juga, yang dengan kuatnya menghadapi segala macam terjalnya jalan hidup sampai detik ini.
Ibu pasti juga orang demikian, ya?
Aku tau Bu, karena putramu pernah dengan khawatirnya membicarakanmu, pun berusaha menjagamu dengan segenap upayanya.
Jadi, pasti Ibu adalah sosok yang begitu berharga dalam hidupnya. Aku yakin ^_^

.

.

Hari ini hari spesialnya kan, Bu?
Mungkin jika aku bertanya demikian pada putramu, dia akan menjawab “tidak”, atau malah berbalik tanya, “apa yang spesial?” Gitu.

Haha iya sih, banyak hari spesial di hidupnya, Bu. Bahkan ketika dia hanya duduk di rumah bercengkrama berdua bersama princess legendaris kesayangannya itu aku yakin sudah merupakan hari yang begitu spesial buatnya 😊

.

.

Tapi apapun itu, aku pun yakin Bu, bahwa untuk perempuan, lahirnya seorang putra merupakan hal yang begitu istimewa. Mungkin ibu juga berpikir demikian.. atau malah tidak? Ah, apapun jawaban itu, aku tetap ingin berterimakasih kepadamu Bu, karena telah melahirkan putra kecilmu. Membesarkan putramu dengan baik dan tulus. Menjaganya dengan penuh kasih (meski beberapa saat hanya bisa menjaga dalam doa) sampai saat ini. Merawatnya hingga dia sekarang telah berusaha berganti merawatmu..

.

.

Terimakasih sudah menjadi ibu yang hebat baginya, Bu. .
Ibu yang dengan sabarnya telah menyerahkan segala hal yang dipunyai demi membesarkan putra kecilnya menjadi lelaki yang mandiri, yang aku yakin dengan kuatnya menghadapi cobaan dan ujian juga dalam membesarkan seorang putra hebat sepertinya.

Iya Bu, dia seseorang yang hebat. Sepertinya diwarisi juga dari ayahnya, sosok yang aku yakin engkau jaga dan layani di sampingmu dengan hebat juga, Bu. Kehadirannya begitu dinanti, Bu. Dinanti banyak orang. Dirindukan banyak teman. Kiprahnya dalam banyak hal pun tak lepas dari akibat kecerdasannya, multitalent. Luar biasa Bu.. Ibu pasti bangga memiliki putra sepertinya…

Pun terimakasih juga atas curahan kasih sayangmu padanya Bu, yang itupun lantas menurun kepada putramu yang begitu menghargai perempuan juga orang-orang di sekelilingnya. Yang percikan cintanya masih bisa kurasakan hingga waktu ini, yang aku pun yakin percikan itu juga adalah sifat pelukan cinta yang kau turunkan kepadanya, Bu. Hangaaaat sekali rasanya.

Terimakasih Bu, ibu yang 29 tahun silam melahirkan sosok yang begitu aku cintai sampai detik ini, yang entah akan sampai kapan aku menyimpan cinta ini untuk sosok yang terlahir darimu itu..

Iya Bu, maaf, aku masih menyimpan rasa ini untuk putramu..

🎧🎶
Rasakan melodi tanpa nada~
Kupergikan lara jauh merindumu🎵🎶🎶

Soal rasa itu, abaikan saja Bu. Aku sedang tidak terlalu mempedulikannya.. karena yang aku ingin pedulikan saat ini adalah rinduku padamu, Bu. Perasaan aneh yang muncul, karena kita baru sekali bertemu.

Harusnya aku menyatakan rinduku sejak dulu, Bu. Tapi maaf, aku baru bisa mengatakannya sekarang bahwa aku merindukanmu. Mungkin ini adalah perasaan rindu yang menumpuk beberapa bulan yang lalu, yang sudah terputus jalan saat “kami” berhenti di persimpangan, padahal kalimatnya belum sempat terucap. Yang kemudian meledak beberapa saat lalu. Dan baru bisa kuungkap dalam tulisanku kali ini.
Bu, jujur, aku berharap bisa bersimpuh di hadapanmu saat ini, menyatakan bahwa aku begitu menyayangi dan merindukanmu setulus hati, ibu yang putranya begitu aku sayangi.

Core of the Core

Maaf Bu, ekstrim sekali hawa di sekitarku. Sampai-sampai tulisanku terbawa suasana begini. Hmm..
Hujan belum turun di Baturetno, Bu. Gersang sekali disini.

.

.

Bu.. Hari ini, maaf sebelumnya jika tanpa memohon izin darimu terlebih dahulu, sebenarnya aku ingin mengucap sesuatu kepada putramu..
Jika ini adalah masa-masa SMPku, mungkin aku akan menulis sesuatu di kertas dengan tulisan tangan yang sengaja kubuat-buat dan kupastikan tidak mirip dengan tulisanku, kemudian mengirimnya diam-diam di meja kelas tempat ia duduk, lalu mendoakan semoga tulisan bertandatangan anonim itu dibacanya lalu ia merasa senang.
😅 jauh sekali otakku membuat bayangan seenaknya sendiri. Ibu pernah tidak merasakan masa-masa demikian..? Hihi. Lucu sekali Bu masa-masa cinta monyet anak-anak yang belum paham arti cinta itu sendiri.

Tapi ini bukan lagi masa SMPku, Bu. Jadi sepertinya kutulis disini saja ya ucapan untuk putra tercintamu itu 😊

Happy face yourself, Mas! which may be the hardest of all things to face.
Seberat apapun 29 tahun ini, semoga menjadi jembatan untuk bisa lebih baik lagi dalam melangkah ke depan. Diringankan langkah menuju kebaikan. Dimudahkan segala niat baik yang terlangitkan. Diberkahi di sisa usia yang kesempatannya masih diperkenankan.
Terimakasih Mas, sudah menjadi bagian dari kisah hidupku yang sedikit banyak menguras emosi dan kesabaran.

(Sambil berdoa;
Terimakasih Yaa Allaah, sudah memampirkan dia ke dalam kisah hidup saya. A part of my life. Kapan kapan lagi ya, Yaa Allaah? #eh)
😅

Gitu lah Bu, pokoknya 😄 aduh, rasanya sekarang aku ingin duduk berdua denganmu Bu di pagi ini, menatap matahari terbit lantas menikmati hangat sinarnya sambil berbincang banyak hal, ditemani segelas teh hangat di tangan kita masing-masing ^_^

Penutup

🎧🎶🎶🎶

🎵Hujan turun lagi~

Saat kulamunkan mimpi indahku

Bersamamu

Tepikan ragu yang kusimpan denganmu

🎵Kan kuteriakkan nadaku untuk semangat hidupmu

Kumiliki takdirku

Indah menemukanmu~ 🎶🎶🎶

Hedeeuuu~ teteeeuuuup aja, seindah apapun hari, ini lagu aing kok ya melo melo galo terus ya Bu 😅 mana belum hujan, liriknya udah hujan aja 😄 gapapa, semoga jadi doa.. Dan lagi, ibu patut berbangga, karena itu adalah lagu putramu kan Bu..?

.

.

Akhir tulisan, untukmu Bu, ibu dari pria yang begitu kucintai…

Bu, semoga ibu senantiasa dalam lindungan Allaah. Ibu jaga kesehatan ya.. juga semoga dilimpahkan segala berkah padamu, Bu.. I love you from this deepest heart.

20190627_090603.jpg

And.. ah, Happy Milad for your lovely sonshine! The best for him 😊💕

 

19 Okt ’19

⚘SNH

 

Note: Maaf ya Bu atas tulisan alayku yang panjang lebar tapi nggak tinggi-tinggi ini. Harap maklum. Mmm.. 😅

Surprise!

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. [Al-Hadid/57:4]

Colourful-content-creation-by-Marianne-Taylor-07

Taken from: Pinterest

🎧
🎵🎵🎵
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita~ 🎶

🎶 Di saat ku tertatih tanpa kau di sini~
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini 🎶🎶🎶
🎸🎼
🍃🍃🍃

Kotak Kuning Garfield

Bismillaah..
Mas, maaf, hari ini aku kembali akan berkisah kepadamu.
Bukan mengeluh. Sekedar bercerita. Maka tolong maklumi saja sapaan “Mas” di dunia tulisan ini yang bisa saja masih akan mengganggumu di beberapa hari ke depan ya..
.
.
Mas.. hari ini aku kembali dikejutkan oleh sesuatu. Tenang Mas, itu bukan mimpi tentangmu lagi seperti tulisanku yang sudah-sudah, yang mungkin membuatmu trauma akan ceritaku.
Tadi pagi, selepas jaga malam, tepatnya malam ketigaku yang artinya hari ini aku libur, aku yang masih berjaga menanti pergantian shift pagi ini menerima bunyi nyaring bel di tempatku berjaga. Kukira ada resep datang. Tapi ternyata seseorang mengantar bungkusan besar di dalam plastik hitam yang katanya paketan. Kutanyai untuk siapa, dia menjawab bahwa itu untukku. Kubuka, benar itu paketan. Tapi sebenarnya paketanku hanya kecil Mas. Terletak di atas kotak besar yang berbungkus kertas kuning glossy bergambar tokoh kartun Garfield. Aku penasaran sekali kotak apa itu. Tapi rasa penasaranku kutahan dengan diliputi ragu. Aku menerimanya, sembari mengucap terimakasih yang sedikit kukeraskan nadanya karena orang itu berlalu dengan buru-buru, mungkin sedang ditunggu sesuatu.

.

.

Jam pergantian shift sudah tiba Mas, dan aku beranjak pulang setelah mengisi buku operan jaga. Sepanjang perjalanan pulang aku masih berpikir, isinya apa. Kontrakanku terlihat, dan aku mulai memasuki gerbang samping rumah dengan Vega yang masih setia menemaniku sejak SMA itu. Setelah membuka pintu, aku langsung mengambil cutter, membuka perlahan paketanku yang benar-benar paketanku. Oke, sudah sesuai pesanan yang aku checkout beberapa hari yang lalu. Lantas pandanganku berpindah ke kotak yang sedikit lebar itu. Kubuka, dan ternyata memang itu kado untukku. Tak lupa dilengkapi ucapan doa untukku, yang semoga benar-benar terlantunkan meski tanpa langsung diucap ketika bertemu. Dia juga mengirim kata maaf atas keterlambatannya, lengkap dengan penjelasannya bahwa dia sudah menyiapkannya untuk diberikan di tanggal enambelas bulan lalu, tapi qodarullaah urusan manusia tidak hanya satu. Dia belum diizinkan memberikan kadonya untukku.

Mas, aku hanya bingung. Aku harus bagaimana. Sejauh ini aku hanya bisa diam dan menerima saja ketika ada laki-laki yang memberiku hadiah. Tapi aku merasa seperti ada hal yang harus kulakukan balik pada mereka. Hanya saja disaat yang sama aku juga merasa kalau hadiah ya hanya sekedar hadiah. Mungkin istimewa, ada doa disana, tapi apa yang harus aku lakukan setelahnya itu yang bagaimana. Aku ingin tau Mas, kalau kamu di posisiku, kamu akan berbuat apa?

Apakah rasa terimakasih saja sudah cukup, Mas? Atau aku harus lakukan apa..? Apa kau tau Mas, aku yang memang sejatinya dingin ini mungkin banyak berdosa pada orang-orang baik seperti mereka. Mereka berbaik memberi, sedangkan aku membalas tanpa ekspresi.

Tebak Dia Siapa

Mas, kenapa begitu banyak orang yang aku buat jatuh pada pandang pertama. Aku sungguh merasa bersalah, Mas. Membuat orang secepat itu memutuskan menaruh hatinya padaku dengan mudah. Berkorban untukku, sementara aku tidak meminta, bahkan kadang tidak menyangka. Dia bukan orang pertama yang jatuh hati pada diri, tapi sudah kesekian lelaki, yang bahkan banyak dari mereka tanpa ada kesempatan secuilpun untuk bisa memiliki diri dan juga hati ini.
Hah~
Aku harap dia tidak terpaksa menyayangiku Mas, pun tidak memaksa untuk aku harus kembali membalas rasa itu. Seperti aku padamu.
Mas, soal ini, aku hanya takut jika aku memberi mereka harapan jika aku menerima apapun yang mereka berikan… Apa aku salah, Mas? Omo~
Sungguh aku saat ini menginginkan jawaban langsung darimu 😢

Eh iya Mas, kamu belum tau ya siapa yang mengirim hadiah tadi untukku?
Mas, dia lelaki yang sempat membuatmu cemburu di mobil yang mengantarmu seminar bersama apoteker-apoteker lain pada hari Ahad kala itu.
Tebak saja sendiri siapa orangnya.
Padahal Mas, sudah kutolak berkali-kali, dibantu “ayah” juga menyampaikan penolakanku terhadap perasaannya, tapi dia tetap saja masih memberi hal yang aku tidak sangka, Mas. Hadiah. Maka aku kini kembali menerima hadiah dari laki-laki yang menyayangiku, tapi tidak sebaliknya. Aku, netral padanya.

At Least, We’re under the Same Sky

20190508_110021

Mas, langit di jam aku menulis ini sedang cerah. Biru sekali. Nyaris tanpa awan. Ada burung gereja yang mampir di samping rumah juga Mas, berkicau riang. Maka meski aku tidak mendapat jawaban darimu atas pertanyaan-pertanyaanku diatas tadi, aku tetap bisa menikmatinya. Lihatlah, Mas, semesta begitu menenangkan pagi menjelang siang ini. Membuat aku lupa akan masalah-masalahku beberapa putaran yang lalu.

Aku bahagia Mas. Bersyukur. Setidaknya kita masih berada di bawah langit yang sama. Kamu, masih bersamaku.

Dan… yah, semoga dia yang memberiku hadiah juga berpikir hal yang sama. Maksudku, bisa saja perasaannya kecewa, tapi masih bisa bersyukur.

.

.

Soal hadiah, Kakak bilang aku terima saja, Mas. Tidak ada salahnya. Toh itu sebatas hadiah bagiku. Semoga baginya yang memberi juga demikian, Mas. Semoga bukan ungkapan yang lain, karena tulisan dalam ucapannya pun berupa doa-doa harapan berkah untuk sisa usiaku.
Ah tapi aku benar-benar ingin mendengarmu bertutur tentang pandanganmu seputar ini dalam kacamata laki-laki, apakah aku harus menerima hadiah ini atau tidak, dan bagaimana aku seyogyanya menyikapi dan bertindak.

Ya sudahlah, Mas. Apapun harapanku tentangmu, hari ini aku hanya sekedar ingin bercerita lagi. Menumpahkan sebagian isi pikiran dan hati yang sebenarnya masih penuh denganmu ini. Menata memori yang terasa berantakan agar kembali sedikit lebih rapi.
Mas, aku belum akan pamit. Mungkin esok lusa atau kapan saja saat aku dan kamu memang sudah nyata tidak bisa bersama, aku baru akan menyampaikan baris-baris ucapan selamat untuk kita. Iya, untuk masing-masing kita. Tapi sungguh tidak sekarang. Karena aku yang masih dipenuhi harap yang kulambungkan ini juga masih belum bisa menebak, seperti apa takdir kita di beberapa masa di depan sana. Hanya bisa bersabar dan bertahan dalam baik sangka padaNya. Masih meniti asa yang tidak kunjung hilang karena ternyata masih tersisa goresan pena yang membentuk kata cinta. Masih belum sanggup menghapusnya.

.

.

Baik. Sebelum semakin liar dan sampai kemana-mana, kuakhiri saja ya, Mas. Haha. Selamat bekerja ya, Mas. Ini hari Senin kan? Besok pasti kamu lebih sibuk dari hari ini. Semoga sehat-sehat saja kamu disana. Allah bersamamu, insyaaAllaah.. 💕

 

~SNH