WEJANGAN PAKDHE

Well. Untuk perhatian aja nih sebelumnya, tulisan hari ini bakalan panjang bin luuueebarrrr… pake bangetttt… dan kayanya ga bakalan ada basa basi kali ini.

Baik. Selamat membaca.

DI  SELA  KISAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari Muslim).

Ghibthoh secara hakikat itu dilarang dalam Islam. Namun nabi, mengecualikan 2 ghibthoh seperti hadits diatas:

  1. Kepada yang memiliki harta kemudian berinfaq dengannya
  2. Kepada yang berilmu kemudian mengamalkan dan mengajarkan

Beberapa waktu lalu, pengurus mengupdate hasil pengumpulan donasi Yayasan Karya Adi —yayasan sosial pendidikan yang penulis ikuti. Ya ceritanya penulisnya coba-coba jadi relawan gituuu hihi. Nah ianya didirikan sejak awal tahun 2015 di Wonogiri.

Pengen tau hasilnya ngga..? Masyaa Allah… Ada yang masih 0 (belum ada yang donasi melalui salah 1 relawan tersebut). Ada yang ratusan ribu, ada yang sejuta dua juta, tapi ada juga yang mampu mengumpulkan hingga total 19 juta….sendirian…masyaa allah…tabarahullah…

Ketika saya membaca update itu, jujur, iri dengan saudara kita (relawan tersebut) yang mampu mengumpulkan donasi sebesar itu… 😔.. Sedangkan saya masih jauh dr itu….

Bukan apa apa…. Saya hanya ingat ini Ramadhan… Bahkan ia sudah terlihat berkemas meninggalkan kita….

Allah menyebut Ramadhan, di dalam Al Quran hanya dengan:

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍۚ

… beberapa hari tertentu….

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍۚ

Kata para ulama, itu merujuk pada waktu yang sangat singkat, tidak panjang, dan akan mudah terlenakan…

Dengan pengingat itu seakan Allah ingin menasehati kita, bahwa “Bersungguh sungguhlah beramal, karena Ramadhan itu sangat singkat dan AKAN SANGAT MUDAH BERLALU, bahkan kau tak akan sadar“..

😢

Saya ingat ayat ini, kemudian ingat….Apa amal yang sudah saya maksimalkan di Ramadhan ini?? Sudahkah amal saya ada yang maksimal..?

Mana ada? Tilawah biasa saja, Qiyamul lail juga tak ada yang lebih. Sedekah??? Halah. Apalagi itu….

Ketika saya membaca nominal 19juta itu….pikiran saya hanyut, kemudian berfikir….. Masyaa allah sedulur ini, mendapat kemuliaan sedekah sebesar 19 juta….

Kenapa begitu?? Kok bisa dikatakan dia mendapat pahala sedekah padahal dia hanya mengumpulkan donasi? Ya… karena Rosulullah bersabda dalam salah satu haditsnya…

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).

Bukankah saudara kita ini menunjuki manusia jalan untuk bersedekah, mengajak mereka menginfakkan hartanya di dalam setiap program santunan yatim…? Bukankah akhirnya mereka bersedekah untuk buka puasa dhuafa? Bukankah akhirnya mereka bersedekah untuk anak yatim?? Bukankah mereka sedekah untuk meringankan kesusahan saudaranya?? Masyaa Allah…

Maka, saudara kita ini, 19 juta..

Berapa banyak buka puasa yang bisa di tanggungnya, berapa saja anak yatim yang akan tersantuni, berapa keluarga yang akan mampu makan dengan donasi itu?? Dan semuanya…semua keutamaan itu dia mendapatkan, tanpa mengurangi pahala orang yg dia ajak berdonasi…. Bukankah kita seharusnya iri?? Ketika ada saudara kita begitu bersemangat mengumpulkan pundi-pundi amal…

Sedangkan kita hari ini??

waktu-kehidupan jam

Taken from: minanews.net

Beramal  Cerdas

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun : 10)

Mengapa dia tidak berkata, “supaya aku dapat mengerjakan umrah” atau “supaya aku dapat shalat ” atau “supaya aku dapat berpuasa”? Seorang ulama berkata, “Tidaklah seseorang yang telah mati itu menyebut untuk bersedekah melainkan karena kehebatan pahala yang telah dilihatnya selepas kematiannya.”

Beberapa waktu belakangan, sebagian masyarakat Indonesia dikejutkan dengan meninggalnya salah satu seniman Indonesia, yang di elu-elukan hampir sebagian besar bangsa ini. Kata keluarga dia meninggal tanpa penyakit, tak ada riwayat sakit sebelumnya. Apapun itu,  dia dirawat, pagi itu…dan meninggal pagi itu juga. Dia meninggal dalam keadaan diujung ketenarannya. Hartanya banyak. Sekali manggung ratusan juta dia dapat. Tapi akhirnya..?? Bukankah semua ditinggalkan?? Bahkan mungkin dia pun tak sadar bahwa pagi itu adalah pagi terakhirnya di bumi. Andai tahu, pasti dia akan mensedekahkan semua hartanya… SEMUANYA. Untuk bekalnya menghadap Allah pagi itu.

Tapi… Itu adalah bagi dia, atau siapapun yang punya harta banyak untuk sedekah….

Maka…kalau kita mengandai…

Kalau pagi ini kita dipanggil Allah, dan kita tahu itu…

Maka apa yg akan kita lakukan untuk bekal menghadap Allah pagi ini??

Kita sadar harta kita terbatas. Waktu kita pun terbatas. Umur kita juga terbatas. Maka beramalah dengan cerdas. Agar setiap keterbatasan itu tetap kita mampu melewati dan menebusnya… Tak membuat kita juga terbatas amal.

Kita tahu amal terbaik di malam hari di Ramadhan itu QIYAMUL LAIL. Kita tahu ulama bersungguh sungguh tilawah dan meninggalkan banyak hal demi BERTILAWAH. Kita tahu ramadhan adalah bulan SEDEKAH, dan sedekah terbaik itu diramadhan… Tapi bahkan di 3 hal itu kita terikat dengan keterbatasan diatas tadi (terbatas harta, waktu juga umur).

Maka BERAMAL CERDASLAH. Amalkan, amal-amal yang mulia itu  semaksimal kemampuan kita. Kemudian ajak orang lain mengamalkannya. Ajak orang lain memperpanjang qiyamul lail, semangati orang lain bertilawah, dan ajak orang lain bersedekah. Dengannya kita akan melipat gandakan pahala kita. Memanjangkan amal kita melebihi umur kita.

Kita 1 orang, kita qiyamul lail sendirian, maka hanya akan mendapat pahala 1 orang Qiyamul Lail. Tapi dengan mengajak yang lain, 1 malam kita akan mampu memiliki SEPULUH, SERATUS, hingga SERIBU PAHALA qiyamul lail…

Kita bertilawah semalam mungkin hnya mampu 1 juz, dan kita dicatat dan dimuliakan dengan 1 juz itu, tapi dengan menyemangati yang lain untuk ikut bertilawah di malam itu, maka kita akan dicatat pahala tilawah dengan 2 juz, 3 juz, bahkan mungkin 100 juz dalam semalam…

Kita sebulan ini hanya mampu bersedekah segenggam kurma, kita hanya mampu mengajak satu dua orang berbuka… Tapi dengan mengajak banyak orang untuk bersedekah, kita bisa saja mendapat pahala sedekah, yang bahka bila kita mengumpulkan uang kita di saku, dompet bahkan tabungan masih tak senilai dengan jumlah sedekah mereka…dan kitapun mendapat pahalanya dari sana… TANPA SEDIKITPUN MENGURANGI PAHALA ORANG YANG MELALUKAN KEBAIKAN TERSEBUT.

Bukankah ramadan ini hanya singkat?? Bukankah yang singkat itu kita harus cerdas mengisinya?

Maka… Masih ada waktu… Tidak sampai sisa separuh bulan. Tebarlah kebaikan, ajak sebanyak banyaknya orang untuk menghidupkan malam, untuk bertilawah, untuk bersedekah… Dan…. Berkobarlah untuk setiap amal itu.

Membenah

Kala itu 15 Ramadhan..

Cahaya purnama menyibak awan, menunjukkan kehangatan. Menyinari dedaunan, menampakkan sendi sendi kebahagiaan. Menemani perjalanan malam, mengantarkan rasa sedih… bahwa separuh bulan telah berlalu….

purnama

purnama Ramadhan 1441 H di kontrakan Pacitan

Ramadhan… Datangnya tiap hati menyambut. Hadirnya semua menyaut. Tibanya semua hati terhanyut. Kini separuhnya telah berjalan, dan sebagiannya telah pergi… Tak akan terulang, tak akan kembali….

Bila hari-hari yang berlalu itu penuh dengan taubat dan amal-amal dalam taat…. maka berbahagialah…

Sebaliknya… Bila yang berlalu itu hanya sebatas lapar dan dahaga… maka bersedihlah….

Lembaran telah terlipat, pena telah mengering….

Lalu bagaimana bila semua berjalan, terlewati, dan ditinggalkan, dengan kegagalan, dengan amal yang tak maksimal, namun hati seakan tak merasa kehilangan, hati datar tak ada sedikitpun rasa kecewa??

Maka…. Ketahuilah…

Musibah terbesar umat ini, sudah diturunkan pada hatimu….wal iyyana’udzubillah..

Dari beberapa tulisan ulama pakar hati, dalam kumpulan tulisan mereka, mereka menunjukkan pada kita, bahwa seakan mereka mengatakan: Akan senantiasa masih dalam kebaikan umat islam ini, selama mereka memiliki 2 hal

  1. SIFAT TAK MAU DIKALAHKAN DALAM KEBAIKAN
  2. SIFAT PENYESALAN

Sifat yang pertama akan membuat mukmin senantiasa mengejar sahabatnya, temannya, saudara dalam kebaikan-kebaikannya. Dia akan merasa terus dahaga akan amal, haus akan kebaikan, dan lapar akan ridho Rabbnya. Dia tidak rela, ada orang lain yang lebih dicintai Rabbnya dibandingkan dengan dirinya.. Dia tidak terima bila ada manusia yang lain, yang mampu duduk lebih baik disisi Rabbnya…

Rasa ini…. Menjadikan dia terjaga dalam semangat, menjadikan dia tak pernah merasa tinggi diri dalam amal..

Sifat yang kedua, akan menjadikan dia orang yang senantiasa mampu memuhasabahi diri… Kalaupun dia orang yang tak memeiliki sifat yang pertama, maka sifat kedua ini akan menjadikannya hamba yang senantiasa mampu memenuhi kendi-kendi amalnya dengan istighfar….

Dia tahu dia lemah dalam ibadah. Dia tahu dia tak sekuat saudaranya dalam amal. Dia tahu dia tak semampu sahabatnya dalam sedekah.

Mungkin dia orang yang sedikit berdiri, singkat ruku’, dan sebentar dalam sujud….

Mungkin dia orang yang hampir tak pnya waktu untuk banyak bertilawah. Lisannya belum mampu berujar cepat melantunkan kalimatNya, matanya belum bisa menahan untuk tidak memejam, karena kantuknya….

Mungkin dia orang yang sedikit harta, hingga sedikit sedekahnya, atau terbatas simpanannya, sedangkan besar kebutuhannya…

Namun,…dia selalu menyesal karena tak mampu melakukannya…

Dia selalu bersedih atas lemahnya diri…

Dia selalu kecewa atas sedikitnya amal….

Setiap hari dia bersimpuh, dia menangis, dia mengaduh, memohon ampun pada setiap kelalaiannya itu, di hadapan RabbNya… dihadapan kekasihnya…

Maka demi Allah..

Dia tetap mulia…

Dia tetap menjadi yang terbaik memperlakukan ramadhan. Dan Insyaa allah dia termasuk hamba yang terampuni….

Ada satu doa dari nabi, yang diikuti matan panjang dalam haditsnya. Kurang lebih kisahnya:

Pada satu waktu Rosulullah berada di giliran rumah ibunda Aisyah. Ditengah malam yang sunyi, nabi terbangun, beliau berwudhu, kemudian beliau berdiri solat. Ibunda Aisyah, memandangi beliau dengan khusyuknya solat nabi ini. Dan itu kebiasaan ibunda tercinta kita ini. Beliau wanita yang mampu menjadikan setiap yang dilihatnya dari nabi menjadi riwayat, dan menjadi amal solihnya ketika umat Islam mengikuti riwayatnya….

Seperti kebiasaan nabi ketika bertemu dengan Khalil nya…kekasihnya… Beliau selalu menangis terisak… Sesenggukan hingga jenggot, bahkan tanah dibawahnya basah oleh air matanya. Beliau berdiri dengan terisak, ruku dengan terisak, hingga duduk tahiyat pun beliau masih terisak…😭

Namun ada yang berbeda dibanding doa-doa yang dilantunkan nabi dalam solat ini. Ibunda Aisyah mendengarkan kalimat demi kalimat nabi, yang membuat ibunda Aisyah bertanya-tanya dalam hati… Dan nabi semakin terisak dengan bacaan ini, nabi semakin sesenggukan dengan doa ini…

Apa yang beliau baca itu hingga mampu membuat beliau begitu semakin khusyuknya, sedangkan beliau sudah khusuk sebelumnya??

Maka mari kita dengarkan tuturan ibunda Aisyah sendiri tentang apa yang beliau lihat dan dengar ketika itu…

“Satu waktu aku mendengar nabi berdoa :

اللهمّ حاَسِبْنِي حِسَابًايَسِيرًا

Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah…

Kemudian aku bertanya kepada nabi : “Wahai Nabi Allah, apakah maksud dengan hisab yang mudah (ringan) itu?” Beliau menjawab: “Yaitu Allah melihat ke dalam kitabnya dan Dia memaafkannya begitu saja. Sungguh orang yang diminta pertanggungjawaban hisab, hai Aisyah, maka dia akan binasa.”

Saudariku apakah kalian mampu menangkap percakapan ini??

😢

Ibunda Aisyah bingung, kenapa nabi harus meminta hisab yang ringan, hisab yang mudah…? Bukankah semua akan dihisab, semua akan dihitung, kenapa harus meminta agar diperingankan?? Maka kemudian Aisyah tahu jawabannya dari percakapan nabi, bahwa setiap mukmin yang dipermudah hisabnya…. Allah akan melihat catatan amal kita, dan Allah memaafkannya begitu saja… Allah tak mempermasalahkan, Allah ringan memaafkan dosa kita, Allah ringan menerima setiap amal kita… MasyaaAllah… Begitu banyaknya dosa, tapi Allah membiarkannya begitu saja.

Dan di kalimat lain, siapapun yang dibuka kitab amalnya, kemudian Allah melihatnya, Allah menghitungnya, Allah menelitinya, maka demi Allah…. DIA AKAN BINASA…

Dia akan dipersulit, dia akan diperiksa, dan semua nya tentu jauh dari pemaafan Allah dan dekat dengan kemurkaan dan azabNya…Wal iyya na’udzubillah…

Maka para pembaca, bersama tenggelamnya mentari sore ini, bersama kita akan mengakhiri hari ke-17 Ramadhan kita tahun ini… (btw apa kabar tilawah? Sampe juz berapa? Hiks.)

Semoga kita tak di beratkan hisab kita atas perlakuan kita pada ramadhan tahun ini… Semoga kita termasuk hamba yang dimudahkan hisabnya karena kita telah memuliakan ramadhan tahun ini…

Dan.. Semoga menjelang berlalunya 10 hari kedua Ramadhan ini, mampu menjadikan amal kita lebih baik, hati tersulut, jiwa membara, semangat terkobarkan… Amiiin….

Saatnya membenah. Segeralah berbenah.

lesson pict

Taken from: insidermonkey.com —–finally, wejangan Pakdhe diakhiri dengan isak. Alhamdulillaah.. terimakasih, Pakdhe…

S.N.H